Saat Jalan Menjadi Sungai: Warga Ladolima Minta Pemda Segera Bertindak
Ladolima Nagekeo Atalomba.com – Derasnya hujan yang mengguyur wilayah Ladolima Kabupaten Nagekeo selama tiga hari berturut-turut sejak awal pekan ini akhirnya mengakibatkan bencana yang cukup parah. Satu jembatan ambruk disapu banjir, tepatnya di Lowo Koke, Wilayah Desa Ladolima induk Dusun D, jembatan ini menghubungkan Kotakeo menuju Ladolima utara, Ladolima Induk, dan Ladolima Timur . Kini warga dari tiga desa itu terisolasi, hanya bisa melintasi aliran sungai dengan kendaraan roda dua menggunakan jembatan darurat yang belum rampung.
Tak hanya jembatan, dua titik jalan utama yang berdekatan juga rusak berat. Warga pun mengeluh karena aktivitas mereka, mulai dari pertanian, perdagangan dan pendidikan, terganggu.
Masyarakat Ladolima Induk, Agustinus Tota, kepada Atalomba.com melalui pesan singkat Whatsup mengatakan bahwa,
“Ini bukan soal jembatan saja, ini soal hidup kami. Anak-anak tidak bisa ke sekolah. Hasil kebun membusuk karena tidak bisa dijual. Kalau ada yang sakit darurat, siapa yang bantu?”
Agustinus dan beberapa warga lainnya lansung mengerjakan jembatan darurat, agar kendaraan roda dua dapat melintasi jembatan tersebut.
Jembatan Darurat Belum Tuntas, Roda Empat Belum Bisa Lewat. Sejak jembatan lama hanyut pada hari ketiga hujan deras, pemerintah desa dan masyarakat setempat berinisiatif membangun jembatan darurat sederhana dari kayu dan bambu. Namun, hingga kini jembatan itu belum selesai dan hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua. Warga yang memiliki kendaraan roda empat praktis tidak dapat melakukan aktivitas apa pun.
Agustinus menambambakan bahwa,
“Kami sudah berusaha semampu kami bangun jembatan kayu darurat. Tapi ini tidak bisa bertahan lama. Hanya roda dua yang bisa lewat. Kalau ada yang darurat butuh ke puskesmas, kami bingung.“
Situasi darurat ini juga disoroti tokoh pemuda. Inosensius Frederikus Djawa, tokoh muda dari Ladolima Utara yang selama ini aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, menegaskan bahwa keterlambatan penanganan akan menimbulkan efek sosial yang lebih buruk.
“Kami menuntut perhatian cepat dari Pemerintah Kabupaten Nagekeo. Ini bukan soal infrastruktur semata. Ini soal ketahanan desa. Kalau jalan dan jembatan putus, bagaimana pelayanan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi bisa berjalan?”
Menurut Inosensius, Pemda tidak boleh hanya mengandalkan laporan administrasi. “Datang dan lihat sendiri. Ini bukan laporan, ini kenyataan,” katanya dengan tegas.
Selain jembatan utama, dua titik ruas jalan yang saling berdekatan juga mengalami kerusakan cukup serius. Jalan tergerus air, bahu jalan bisa runtuh, dan tebing yang tidak ditopang berisiko longsor jika hujan kembali turun dalam beberapa hari ke depan.
“Kalau satu titik jalan tertutup total, maka praktis jalur ke tiga desa ini akan lumpuh sepenuhnya,” jelas Benjamin Tokoh Masyaraka Ladolima.
Permintaan kami ini sangat mendesak, Alat Berat, Tim Tanggap Darurat, dan Pembangunan Jembatan Permanen. Melihat kondisi ini, masyarakat dari ketiga desa meminta secara resmi agar Pemerintah Kabupaten Nagekeo segera:
-
Mengirim alat berat untuk pembukaan akses jalan dan penanganan titik longsor.
-
Menurunkan tim tanggap darurat untuk membantu pembangunan jembatan sementara yang lebih layak dan aman.
-
Merencanakan dan menganggarkan pembangunan jembatan permanen yang tahan banjir dan longsor.
-
Memberi perhatian lebih pada wilayah-wilayah pegunungan dan perbukitan yang rentan terhadap bencana musim hujan.
Warga menyebut, bencana ini bukan yang pertama. Tapi mereka berharap ini jadi yang terakhir kali mereka dibiarkan sendiri tanpa solusi nyata. Pemerintah Desa di wilayah Ladolima raya diharapkan segera melayangkan laporan resmi dan permohonan ke Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Nagekeo. Kalau pemerintah cepat tanggap, kita bisa selamatkan jembatan darurat dan cegah longsor tambahan. Tapi kalau lambat, bisa lebih parah dari ini,”
Banjir bisa datang lagi kapan saja. Tapi respons lambat adalah bencana yang lebih besar dari air bah itu sendiri. Kami tidak minta dibantu terus, kami hanya ingin jangan dibiarkan sendiri.
Kini, beban berat bukan hanya di pundak warga yang memikul hasil kebun melintasi sungai, tetapi juga di pundak mereka yang diberi mandat untuk menjamin keselamatan rakyatnya. (AL/Irminus Deni)
Catatan Redaksi:
Berita ini disusun berdasarkan laporan lapangan, wawancara langsung dengan warga terdampak, tokoh masyarakat. Diharapkan dapat menjadi perhatian serius semua pihak terkait untuk aksi nyata secepatnya.