“Saat Sekolah dan Kampung Bergandengan Tangan: Kisah dari Keo Tengah”

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2025 menjadi momen bersejarah bagi Kabupaten Nagekeo, khususnya Kecamatan Keo Tengah. Untuk pertama kalinya, dua sekolah menengah atas, SMAN 1 Keo Tengah dan SMAN 2 Keo Tengah, didaulat menjadi tuan rumah penyelenggaraan Hardiknas tingkat kabupaten Nagekeo 2025. Ini adalah tonggak penting yang layak disyukuri sekaligus menjadi refleksi bersama tentang arti sejati pendidikan bagi masyarakat.
Penunjukan Keo Tengah sebagai tuan rumah tidak hanya menandai pengakuan terhadap kualitas pendidikan di wilayah ini, tetapi juga menjadi ajang pembuktian bahwa semangat gotong royong dan keterbukaan masih berakar kuat di tengah masyarakat. Siswa-siswi dari berbagai sekolah yang hadir tidak sekadar disambut sebagai tamu, melainkan diterima sebagai bagian dari keluarga besar Keo Tengah. Rumah-rumah penduduk dibuka dengan penuh sukacita, ruang-ruang pribadi dijadikan tempat menginap, dan meja makan sederhana menjadi ruang temu penuh kehangatan.
Fenomena ini menghidupkan kembali nilai-nilai luhur yang kini kian langka, keikhlasan berbagi, keramahan tanpa syarat, dan semangat kolektif membangun kebersamaan. Di Keo Tengah, pendidikan tidak berhenti pada tataran intelektual, melainkan menjiwai seluruh aspek kehidupan sosial masyarakat.
Lebih jauh, penyelenggaraan Hardiknas 2025 juga membawa dampak ekonomi yang signifikan. Aktivitas warga meningkat, perputaran uang bertambah, dan sektor-sektor informal seperti kuliner, transportasi lokal, serta usaha kecil merasakan langsung manfaatnya. Perayaan pendidikan ini membuktikan bahwa investasi sosial dalam bidang pendidikan mampu menggerakkan roda ekonomi masyarakat akar rumput.
Dalam konteks yang lebih luas, apa yang terjadi di Keo Tengah mengirimkan pesan kuat kepada seluruh elemen bangsa, bahwa pendidikan adalah kerja bersama. Ia membutuhkan keterlibatan aktif, kepekaan sosial, dan keberanian untuk berbagi ruang dan sumber daya. Tidak ada pendidikan sejati tanpa partisipasi nyata dari masyarakat. Tidak ada kemajuan tanpa solidaritas.
Hardiknas 2025 di Keo Tengah menjadi cermin bahwa cita-cita Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang membebaskan, memerdekakan, dan membangun peradaban masih mungkin diwujudkan, bahkan di tengah keterbatasan. Ia adalah bukti nyata bahwa di balik sederhananya sebuah desa, tersimpan kekuatan luar biasa untuk menyalakan obor perubahan.
Kini, tantangannya adalah bagaimana semangat ini terus dirawat dan ditumbuhkan, tidak hanya untuk momen seremonial, tetapi menjadi bagian dari budaya sehari-hari. Pendidikan harus tetap menjadi gerakan sosial yang melibatkan semua pihak — sekolah, keluarga, masyarakat, dan pemerintah — dalam satu tarikan napas, membentuk manusia Indonesia yang merdeka, berkarakter, dan berdaya saing.
Dari Keo Tengah, kita belajar bahwa masa depan pendidikan Indonesia dibangun bukan hanya di ruang-ruang kelas, tetapi juga di ruang-ruang hati masyarakat yang masih percaya bahwa gotong royong adalah fondasi utama sebuah bangsa yang besar. Penulis adalah Aktivis Kemanusiaan & Pemimpin Redaksi atalomba.com