REFLEKSI AKHIR TAHUN (Datanglah pada Ku kalian yang memikul beban berat dan Aku akan memberikan kelegaan kepadamu)
Penderitaaan dan pengalaman di tahun yang kita lewati, itu juga barangkali yang kerap menemani kita di tahun yang baru. Tetapi harapan tetap nyata di sana. Dan yang terindah ialah dalam setiap aneka perjalanan waktu dan aneka musim, Allah tetap bersama kita dan setia di sisi kita.”
Hidup manusia berkanjang dalam tiga fase yakni masa lalu, kini dan yang akan datang. Orang mengatakan masa lalu adalah kenangan, kini adalah kenyataan dan masa depan adalah impian atau harapan.
Mereka menambahkan bahwa kita tidak akan bisa menghentikan waktu. Waktu akan berjalan sesuai dengan kehendaknya sendiri dan jangan pernah bermimpi untuk menghalanginya. Namun sebagai orang Kristen kita harus menambahkan satu hal keyakinan bahwa apapun aneka musim yang kita hadapi semuanya tidak pernah terlepas dari peran serta Allah. Dia yang menciptakan ruang dan waktu waktu dan Dia juga yang menyertai kita mengarungi keberadaan setiap waktu itu.
Karena itu jugalah maka kita menandaskan hidup adalah rahmat dan perjuangan. Rahmat dari Allah yang kita terima dengan Cuma-Cuma, tetapi hidup itu sekaligus perjuangan. Setiap orang dipanggil untuk mengisi hidupnya supaya berguna untuknya dan orang lain.
Beberapa orang juga mengatakan hidup itu adalah pilihan. Kita akan mengalami kebahagiaan atau tidak, sukses atau gagal, suka dan duka, tergantung bagaimana kita menjalani. Pilihan di sini lebih ditentukan oleh kita sendiri. Ini lebih mengajak kita untuk menelusuri perjalanan hidup, tahap demi tahap, dan langkah demi langkah. Kita tidak cukup hanya menjalani hidup tetapi juga harus merenungkannya.
Hidup adalah adalah sebuah fakta di mana kita kerap berseberangan prinsip dengan orang lain bahkan dengan keluarga kita sendiripun. Karena itu Yesus mengatakan, hendaknya kita saling mengasihi (Mateus 22:39), jangan balas dendam (Mateus 5:38-42), dan jangan menghakimi (Mateus 7:1). Dalam mengarungi tahun 2024 ini pengalaman jatuh bangun, pahit getirnya hidup pasti kerap mewarnai langkah kita.
Dalam relasi dengan orang lain salah pengertian pun mungkin kadang menyelimuti diri kita. Bahkan dalam membangun hubungan dengan keluarga kita sendiri pun salah paham terjadi di antara kita. Benarlah kalau yang dikatakan kita tidak selalu menikmati manisnya madu tetapi juga pahitnya empedu kehidupan.
Orang kerap mengatakan untuk menjadi pribadi yang teguh maka janganlah menghindari tantangan itu. Dan jangan juga menyesali kalau kita kerap berada dalam badai kehidupan. Orang yang bertahan dalam ujian kehidupan maka ia akan siap mengarungi tahun yang baru. Yang penting ialah kita jangan pernah berprinpsip bahwa kitalah yang paling menderita dan paling susah. Setiap orang mendapat ujiannya sendiri namun tidak setiap orang lulus dalam ujian itu.
Fakta lain bahwa hidup tidak selalu berisi catatan manis. Tidak juga selalu penuh dengan memori keindahan. Ada kalanya kepahitan yang kita alami. Dan kita kerap seperti berada di tepi jurang yang terjal. Pada saat itulah dari keyakian iman kita harus berseru, “Allah ke dalam tanganmu ku serahkan perjalanan hidupku.” Ini adalah seruan Yesus di salib saat Ia mau wafat (Lukas 23:46). Ini mengandung keyakinan iman bahwa Allah yang tahu masa depan kita. Ini adalah seruan iman yang juga memberi kekuatan dan rasa optimis bahwa Allah adalah kekuatan dalam tapak demi tapak langkah hidup kita ke depan.
Barangkali juga kita pernah merenung dan berpikir betapa beratnya beban kita, seretnya jalan, dan hilangnya gairah hidup kita di tahun yang lalu. Namun saat semuanya berlalu kita berpikir dan berseru, “Aku bisa melewati semuanya, aku mampu melewati riak perjalan hidupku. Aku tetap sehat sampai sekarang. Aku juga masih bernafas.” Maka sepantasnya keadaan itu memampukan kita menimba spirit untuk menyongsong tahun yang baru dengan optimis.
Yesus sendiri meneguhkan kita “Datanglah pada Ku kalian yang memikul beban berat dan Aku akan memberikan kelegaan kepadamu,” (Mateus 11:28). Dia menjanjikan hal indah untuk kita di tahun yang baru. Dia mempertegas ini dengan sapaan-Nya yang meneguhkan kita, “Mintalah maka akan diberikan, carilah maka kamu akan mendapat dan ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu (Mateus 7:7).
Kita meminta dan mengetok pintu hati-Nya dengan dengan doa. Kadang kita harus jatuh bangun untuk mengetuk pintu hati Allah. Kadang kita harus menangis dan berurai air mata, kita sering bertanya, mengapa jalan hidupku begitu terjal. Kita juga sering “marah” kepada Allah, kenapa Ia seolah membiarkan kita berjalan sendirian di tahun 2024 ini? Kini Dia mengajak kita untuk tetap besabar dan berpengharapan, “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa” (Roma 12:12).
Hidup adalah bagaikan perjalanan seorang musafir yang kadang kelelahan namun ia harus tetap komit dengan tugas dan misinya. Dia harus sampai ke tujuan. Sama hal dengan kita sebagai orang Katolik, kita ditantang untuk menghidupi iman kita dan mengikuti Yesus. Karena itu Dia menantang komitmen kita, “Barang siapa mau menjadi murid Ku hendaknya ia menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku,” (Mateus 16:24).
Para saudara/i ku terkasih, benar hidup berisi fakta historis pahit dan manis, suka dan duka. Karena itu, Allah menciptakan kita bukan untuk menderita dan bukan juga untuk tenang-tenang. Ia mengundang kita untuk berjuang. Jangan katakan bahwa kita selalu menderita, jangan juga klaim bahwa kitalah yang paling menderita. Jatuh bangun, gembira dan senang, suka dan duka adalah warna warni yang tidak akan terlepas dari sejarah hidup setiap orang.
Renungkanlah perjalanan hidup kita pada masa lalu dan kita akan menemukan sesuatu yang indah di sana bahwa Allah tetap bersama kita dan Ia tetap mengaruniakan Nafas kehidupan bagi kita. Walau ada tantangan dan perjuangan, namun tetap ada kegembiraan dan tetesan air mata.
Tetap ada harapan. Dan itulah yang kita bawa ke tahun yang baru, 2025. Maka bersyukurlah karena Tuhan tetap bersama kita, Immanuel. Satu hal yang harus kita renungkan bahwa Ia besertamu, Imanuel (Mateus 1:23) dan akan menyertai kamu sampai akhir jaman (Mateus 28:20). Bukan terbatas dari tahun ke tahun namun sampai akhir jaman. Sampai kita menutup catatan kehidupan kita kelak. Karena itu songsonglah tahun baru ini dengan tatapan kepastian dan rasa optimis, mari kita buka lembaran baru, dengan ucapan. Selamat tinggal Tahun 2024 dan selamat datang Tahun 2025. (AL/ID)