Menuju 90 Tahun Congregatio Imitationis Jesu (CIJ) Lakukan Berbagai Kegiatan
AL. Ende
Tarekat CIJ berawal dan kerinduan beberapa gadis Flores yang sederhana di tahun 20-an untuk hidup membiara. Mula-mula mereka ingin bergabung dengan para suster SSpS (semuanya masih orang Eropa), tetapi tidak diterima. Penolakan itu bisa dimengerti dalam situasi masa itu. Suster-suster Eropa pasti merasa bahwa gadis-gadis kampung ini punya latar belakang pendidikan yang terlalu sederhana, denganpengetahuan agama dan penghayatan iman yang belum memadai untuk menghayati hidup membiara dengan kaul-kaulnya.
Apalagi kebanyakan orang tua mereka masih kafir. Tetapi ternyata nyala kerinduan dalam hati putri-putri Flores ini tetap membara dan tidak hilang sampai sepuluh tahun kemudian. Maka ketika Mgr. Henricus Leven SVD menanyakan apa kerinduan mereka, dengan lugu, spontan, tanpa ragu mereka menjawab: “Kami mau ikut Yesus”. Dan ucapan itulah Mgr. Leven mendapat inspirasi untuk memberikan nama kepada tarekat religius yang didirikannya pada tanggal 25 Maret 1935: Congregatio Imitationis Jesu, (CIJ) atau Kongregasi Pengikut Yesus.
Sebuah nama dalam pengertian Alkitabiah bukanlah sekadar label yang ditempelkan pada seseorang. Nama menunjukkan jati diri atau identitas. Dan nama Congregatio Imitationis Jesu adalah nama yang sungguh indah karena “mengikuti Yesus” adalah hakekat hidup kristiani, yang juga merupakan intisari hidup membiara, karena hidup membiara adalah radikalisasi hidup kristiani.
Kita ingat bahwa panggilan murid-murid pertama, nelayan-nelayan Galilea dan pantai tasik Genazaret dimulai dengan sapaan: “Mari ikutlah Aku” (Mat. 4:19; Mrk. 1:17). Dan sesudah kebangkitan Yesus, ketika Ia memberi kesempatan kepada Simon Petrus untuk membarui kasih setianya pada Tuhan di pantai tasik yang sama itu, Kristus meneguhkan panggilan Petrus secara definitif dengan ucapan: “Ikutlah Aku” (Yoh. 21:19).
Putri-putri sulung tarekat CIJ mendengar suara panggilan Tuhan “Ikutlah Aku” dan tengah situasi kemmiskinan, penderitaan dan kemalangan rakyat Flores yang terjebak dalam Zaman Malaise di antara dua Perang Dunia. Terutama keadaan kaum perempuan masih sangat memprihatinkan waktu itu. Para gadis ini mau menjalani hidup bakti dalam biara sebagai satu kesempatan berahmat untuk meningkatkan harkat pribadi mereka dan kemudian sebagai biarawati mereka juga berjuang untuk
meningkatkan harkat kaum perempuan dan orang-orang kecil yang mereka layani.
Mgr. Leven membaca dengan teliti laporan imam-imam SVD yang mendampingi calon calon pertama. Kemudian sesudah perkenalan singkat dengan mereka, beliau mengirim mereka pulang ke rumah dengan pesan bahwa mereka akan menerima jawaban dan Bapa Uskup dalam bentuk dua macam gambar. Siapa mendapat gambar Keluarga Kudus artinya dia itu baik untuk hidup berkeluarga. Siapa yang mendapat gambar Hati Yesus Yang Mahakudus berarti dia diterima untuk hidup membiara.
Ada 7 calon yang menerima gambar Hati Yesus Yang Mahakudus dan ditambah 6 calon postulan sehingga jumlah mereka menjadi 13 orang di tahun 1934, Dan mereka ini 9 orang masuk novisiat tahun 1935. Tanggal 15 Agustus 1937 lima orang mengikarkan kaul pertama. Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1946 tiga orang mengikrarkan kaul kekal dan menjadi Trisulung CIJ yang setia sampai ajalnya: Sr. Theresia CIJ (asal Koting), Sr. Bonefasia CIJ (asal IIi), dan Sr. Dolorosa CIJ (asal Timor). Dewasa ini mereka diikuti oleh sekitar 400san orang suster CIJ yang berkaul kekal dan suster-suster yuniores, yang berkarya di banyak tempat Indonesia, di Timor Leste dan di Italia.
Salah seorang Suster SSpS yang sungguh benjasa membimbing para calon CIJ dalam periode awal dan yang sangat dihormati sebagai ibu untuk tarekat muda ini ialah Sr. Xaver Hoff SSpS. Beliau keturunan Jerman, perempuan perkasa yang berani berkuda dan Jopu ke Ndona untuk bertemu dengan Bapa Pendiri.
Selama 26 tahun beliau menjadi Magistra (1935-1961) dan peinimpin suster-suster muda dengan semangat pengabdian, doa dan cinta yang luar biasa. Sebetulnya beliau ingin sekali beralih dan SSpS menjadi anggota CIJ tetapi hal itu tidak diizinkan oleh Roma. Biarpun demikian kerinduan dan kasihnya tidak berkurang bagi tarekat pribumi pertama di Flores ini.
![cij](https://atalomba.com/wp-content/uploads/2023/09/WhatsApp-Image-2023-09-03-at-17.03.59-1-1024x461.jpeg)
Pemimpin Umum CIJ Suster Ivonny Kebingin, CIJ melalui Ketua Bidang Karya Pastoral Suster Elina, CIJ kepada media ini Minggu 3 September 2023 di Stasi Rateroru Paroki Wolotolo mengatakan, bahwa kegitan ini dilakukan dalam rangka menuju 90 tahun CIJ yang terjadi pada 25 Maret 2025 mendatang.
Sebanyak 20 orang suster Novis sejak hari jumat 1 September sudah berada disini, mereka dibagi ke dua Stasi yaitu, Stasi Rateroru sebanyak 10 orang dan Stasi Dile sebanyak 10 orang, mereka berada disini selama dua minggu, hari ini adalah Misa Pembukaan yang kita lanjutkan dengan kegiatan Pasar Murah, mengingat saat ini sembilan bahan pokok harga beranjak naik maka kami bekerja sama dengan berbagai pihak sekaligus membantu umat stasi ini.
Dalam minggu pertama para Suster Novis yang dibagi di beberapa Kelompok Umat Basis (KUB) akan mengunjungi setiap rumah dalam KUBnya sesuai pesan Pendiri CIJ, Mgr. Henricus Leven, SVD “Orang Kecil Selalu Ada Pada Kamu”.
![cij](https://atalomba.com/wp-content/uploads/2023/09/WhatsApp-Image-2023-09-03-at-17.03.58-1024x461.jpeg)
Pada minggu kedua para Suster Novis di masing KUB akan mendampingi OMK, Sekami, Doa Bersama di KUB, dan Sharing Kitab Suci bersama dengan Umat KUBnya masing-masing, kegiatan ini akan berakhir pada tanggal 10 September nanti di Stasi Dile Paroki Wolotolo, serta diakhiri juga dengan kegiatan bazar para murah dan pejualan obat Tradisional yang racik oleh para Suster CIJ. Tambah Mama Eli, Sapaan akrab untuk Sr, Elina, CIJ. (AL/ID)